How to Respond to Your Parents Who Want to Remarry After Their Partner Died #MeAfterWatching Go Back Couple Episode 4-5

Pernah kepikiran nggak kalau orang tuamu bakalan nikah lagi saat pasangannya udah meninggal? Kalau aku sih, sering ya. Hal seperti itu selalu ada di pikiranku sejak dulu banget, mungkin sejak aku SD. Aku selalu berpikir, "Kalau ibuku meninggal, apakah bapakku akan menikah lagi?". Pikiran itu selalu menghantui dan yang ada dibayanganku, selalu bapak yang akan menikah lagi dan ibu yang akan meninggal duluan. Aku terlalu takut dengan eksistensi ibu yang hilang di dunia ini. Ibu terasa seperti duniaku.

Dulu, menurutku, menikah lagi setelah pasangannya meninggal adalah sebuah dosa besar, layaknya selingkuh. Aku selalu mencemooh orang yang melakukannya, bahkan di saat aku membayangkan bapakku yang melakukannya. Aku terus-terusan mencemooh bahwa mereka tidak setia, mereka tidak menghargai ikatan yang mereka buat sendiri melalui pernikahan. Mereka adalah orang jahat yang telah mengkhianati pasangannya. Pasangannya sudah meninggal, sendirian di dalam tanah yang lembab, namun mereka masih bisa bahagia dengan melupakan eksistensi pasangannya yang telah bersamanya dalam waktu yang lama.

Sama dengan bagaimana Jin Joo melihat ayahnya. Ayahnya yang memutuskan untuk menikah lagi setelah ibunya meninggal, bahkan belum ada setahun dari sepeninggal ibunya. Aku bisa memahami bagaimana Jin Joo merasa sakit hati saat ayahnya mengatakan akan menikah lagi dan Jin Joo harus merelakan kepergian ibunya. Saat melihat scene tersebut, aku merasa, mungkin aku akan memberi respon yang sama saat bapakku mengatakan hal yang sama dengan ayah Jin Joo. Aku akan marah dan tidak terima. Ibu, pasangannya sudah menemaninya selama itu dan mereka hanya butuh waktu sebentar untuk melupakan. Bagaimana bisa?

Namun, aku ingat aku pernah menonton K-Drama lain, yang aku lupa judulnya, yang memiliki kisah yang mirip. Waktu menonton K-Drama itu, aku langsung mengatakan "Iya, juga ya." saat mengetahui alasan karakter tersebut untuk menikah lagi. Dia menikah lagi bukan karena melupakan, tapi merelakan. Waktu yang dihabiskan bersama sangat panjang, hingga dia lebih terbiasa untuk tidak sendirian. Saat hidup bersama selama itu, tiba-tiba dia hidup sendiri. Rasanya pasti menyesakkan. Semua kenangan yang diingat, selalu ada pasangannya. Namun, kini dia sendirian.

Drama itu dan Go Back Couple memiliki point of view yang berbeda, setidaknya sejauh aku menonton drama ini, masih episode 5. Go Back Couple menceritakan dari sisi sang anak yang kehilangan ibunya dan bagaimana dia merespon ayahnya yang ingin menikah lagi. Ketidaksetujuan itu, aku anggap karena Jin Joo masih terbayang dengan ibunya. Hidup melihat ayah dan ibunya yang saling mencintai, namun saat ibunya meninggal, ayahnya memutuskan untuk kembali menikah dalam waktu dekat. Menyesakkan. Sedangkan drama itu, yang aku lupa judulnya, sudah menjelaskan kenapa sang ayah memiliki keinginan untuk menikah lagi. Sang ayah mengatakan bahwa dia kesepian, dia membutuhkan teman, dia ingin lepas dari rasa sesak yang hadir sejak sepeninggal istrinya.

Setelah melihat beberapa drama yang menyinggung hal itu dan di setiap drama itu juga memiliki sudut pandang serta pesan yang berbeda, aku jadi semakin bertanya-tanya. Bertanya-tanya tentang bagaimana aku harus merespon saat ada di posisi itu. Apakah aku akan seperti Jin Joo yang langsung menyalahkan ayahnya atau bersikap bijak dengan memposisikan diriku di mereka? Meskipun aku telah mengetahui "kemungkinan" alasan orang yang kembali menikah di setelah pasangannya meninggal, mungkin aku tidak akan dengan mudah bersimpati dan dapat memahami perasaan mereka. Rasanya pasti sulit.

Lalu, setelah menulis ini, aku menyadari hal lainnya. Mungkin, aku akan lebih ikhlas jika yang memutuskan kembali menikah setelah pasangannya meninggal adalah ibuku. Mungkin, aku akan lebih mudah memahami kenapa ibuku akan menikah lagi dan respon apa yang harus kutujukan padanya. Namun, akan terasa lebih sulit jika yang melakukannya adalah bapakku.

Entahlah. Aku tidak memahaminya kenapa aku bisa berpikir seperti itu. Mungkin, aku akan memahaminya nanti, atau besok.

Komentar