gadis mini market

Hari ini, aku menangis di Family Mart. Iya, gak salah. Menangis di mini market Jepang pagi-pagi sekali. Entahlah, sejak perjalanan menunju Family Mart, rasanya aku ingin menangis saja. Kepikiran Noufal lah, kepikiran ini lah, itu lah. Nggak jelas. Setelah memesan pesananku, seperti biasa, kopi susu keluarga, aku duduk di deret bangku favoritku. Aku memilih yang ada di dekat stop kontak, biar mudah kalau aku butuh nge-charge. Aku merupakan pelanggan kedua dan nggak butuh waktu lama, pesananku sudah jadi. Lalu, aku membuka aplikasi blog di ponselku dan menuliskan sesuatu. Aku menangis tanpa suara. Malu juga kalau ketahuan orang. Kemudian, tiba-tiba ada orang yang menarik kursi di sebelahku sambil mengatakan, "Permisi, ya, Mbak." Katanya sambil berusaha melihat wajahku. 

Aku gelagapan lah. Jelas. Sudah berusaha menangis dalam diam, masih tetap saja ketahuan nangis. Aku menjawab sekenanya, entah dia dengar atau tidak. Aku berusaha membenarkan kerudungku, berusaha menutupi wajahku. Diantara banyak kursi yang masih kosong, kenapa harus di sebelahku coba? Karena nggak punya wewenang untuk nyuruh dia pindah, jadinya aku nunggu dia pergi aja. Sialnya, dia malah buka laptop. Aku berusaha kabur ke kamar mandi, tapi kamar mandi masih dibersihkan. Aku kembali duduk. Berusaha biasa aja walau sambil nangis. Beberapa saat kemudian, aku kembali ke kamar mandi yang ternyata sudah bisa di pakai. Aku langsung nangis sesegukan dan sisi.

Aku jelek sekali saat menangis. Bukan hanya dari mata, air itu keluar, tetapi juga dari hidung. Menangis sedikit saja, mataku sudah sembab, bibirku sudah bengkak, dan kepala juga telingaku sakit sekali. Mungkin ini adalah salah satu upaya Allah biar aku nggak hobi nangis. Males juga harus sering-sering melihat wajah jelekku. 

Itu bukan kejadian ajaib pertama yang aku lakukan di mini market Jepang ini, masih banyak yang lainnya, mengingat aku sering sekali kemari sejak hari raya. Boros sekali, tapi mau bagaimana lagi. Rasanya ini adalah tempat yang tepat untukku. Tinggal di rumah orang lain, meskipun itu berizin dan milik kerabat terdekat, rasanya tidak nyaman juga lama-lama. Rasanya juga aku sudah terbiasa dengan karyawannya yang ramah, dinginnya yang menyebabkan pemanasan global ini, ramainya, hingga jinggle-nya yang diputar dari buka hingga tutup ini. Mungkin ini yang dirasakan Keiko.

Komentar